Pikiran

/
0 Comments
Jadi Yang Mana?


Suatu hari saya sedang pesen minuman, lebih tepatnya saya pesen ‘pop ice’ rasa cokelat, ketika ditanya “pake keju gak?” saya jawab aja “nggak”. Saya memang gak doyan sama keju, soalnya menurut saya rasanya agak aneh.

Sebenernya ketidaksukaan saya terhadap keju suka mengundang ‘tanya’ dari orang lain. Beberapa temen saya ada yang bertanya

          “kok lu gak doyan keju? Padahal enak lho”
          “Enak dari mana? Kata gue gak enak” jawab saya
          “Ah, gak asik nih, aneh banget sih lo” kata temen saya
          “Biarin, yang penting masih hidup :D”

Karena gak suka sama keju saya dibilang aneh dan ‘gak seru’, Yah saya tidak marah, toh itu hak-haknya dia mau ‘comment’ apaan ke saya, yang penting jangan sampai menyangkut ras, etnis dan agama hehe.

Kalau mungkin sebagian dari anda ada yang berkata bahwa saya itu ‘aneh’ ya silahkan saja, itu hak kalian, benerkan? Tapi jangan heran juga kalau suatu hari ada yang bilang anda ‘aneh’ juga hehe.

Dari kisah itu terkadang saya suka berpikir, suka merasakan dan suka ber-eksperimen sama ‘kondisi’ lingkungan kita.

Suatu hari kamar saya ‘agak’ berantakan, buku-buku sudah tertata tapi kurang rapi, tempat tidur sudah rapi tapi masih terlihat ada lekukan, begitu orang tua saya dateng, mereka langsung berkata :

          “Ini kamar atau KAPAL PECAH? Cepet beresin atau dibuang-buangin nih!” begitu kata orang tua saya.

          Tapi tak lama kemudian temen saya dateng dan masuk ke kamar saya dan mereka bilang “Wih tertata rapi banget lu, kayak kamar cewek” begitu kata temen saya. Jadi definisi ‘rapi’ dan ‘tidak rapi’ itu apa?

          Cerita  lagi, jadi suatu hari saya tidur sama temen, ceritanya lagi nginep, lalu kami tidur sambil nyalain AC, ketika saya setel suhu 22 derajat celcius dia nge’dumel’ kepanasan, kegerahan katanya, akhirnya saya setel di suhu 16 derajat, tapi di suhu 16 justru saya yang malah kedinginan, tapi buat dia malah nyaman banget! Jadi definisi ‘panas’ dan ‘dingin’ itu apa?

          Sebuah  kisah lagi, jadi ceritanya saya lagi jalan-jalan olahraga alias jogging sama temen saya, rute kami lumayan jauh jadi temen saya mengeluh kecapean, pegel katanya, sementara saya justru biasa aja. Tapi ketika dia ngajak saya ‘jalan’ ke mall, padahal rute-nya biasa-biasa aja, tapi saya udah pegel sementara dia masih bersemangat. Jadi apa sebenernya yang membuat kita pegel?

          Pertanyaan-pertanyaan itu sempet saja terpikir oleh saya, pagi, siang, sore ataupun malem selalu terbentang di pikiran saya. Kok bisa sih seperti itu? Apa penyebabnya?

          Selama beberapa waktu saya berpikir ternyata jawabannya sederhana dan simpel. Apa definisi panas dan dingin yang sebenernya? Apa definisi enak dan ‘nggak enak’? Apa definisi ‘rapi’ dan ‘tidak rapi’? Apa penyebab ‘pegel’nya seseorang? Kenapa bisa muncul beragam kata dan makna? Ternyata penyebabnya adalah PIKIRAN KITA.

          Pikiran kita-lah yang memberi penilaian dan pemikiran akan suatu hal, di tulisan saya sebelumnya yang saya posting beberapa hari lalu, saya memberi nama pikiran ini sebagai FP (Fondasi Pikiran), FP bergantung pada lingkungan anda.

          Jika anda biasa tinggal di daerah dengan suhu 16 derajat celcius maka otomatis FP anda akan memberi ‘makna’ bahwa suhu 16 itu adalah suhu ‘standart’ buat anda. Tapi jika anda biasa tinggal di suhu 24 celcius maka FP anda akan memberi ‘makna’ bahwa suhu 24 adalah suhu yang ‘cocok’ buat kita. Itulah kenapa definisi ‘suhu yang pas buat kita’ bisa berbeda-beda.

          Begitupun juga definisi ‘rapi’ atau ‘tidak rapi’, standar kerapihan seseorang berbeda, alasannya? Karena FP anda sudah terbentuk dari lingkungan anda tinggal atau lingkungan tempat anda kebanyakan menghabiskan waktu.

          Ibarat kata jika anda biasa main di deket tempat pembuangan sampah yang bau otomatis FP anda akan memberi ‘makna’ bahwa ‘bau sampah’ adalah ‘bau yang biasa’, tapi kalau anda biasa tinggal di tempat yang wangi maka jika anda bermain di tempat kotor yang bau maka FP anda akan memberi ‘makna’ bahwa itu tempat yang bau.

          Semua tergantung FP anda, bahkan kejadian jogging dan jalan di mall merupakan efek dari FP yang kita miliki. Saat jogging saya gak capek alasannya karena FP saya memberi ‘makna’ bahwa jogging adalah hal yang menyenangkan sehingga saya menikmati tiap langkah saya, tapi buat temen saya, FP-nya memberi ‘makna’ bahwa jogging adalah sesuatu yang ‘boring’ sehingga dia tak menikmati tiap langkahnya.

          Tapi FP kami berdua terbalik ketika sedang berjalan-jalan di mall untuk belanja, ketika temen saya muter-muter dan bolak balik sana sini untuk nyari belanjaan dia justru merasa gak capek, kenapa? Sebab FP-nya memberi ‘makna’ bahwa shopping adalah hal yang menyenangkan, lain halnya dengan saya, yang FP saya memberi makna bahwa shopping adalah hal yang boring.


          Jadi intinya, penilaian kita tergantung pada FP kita, FP terbentuk berdasarkan lingkungan hidup kita, tapi bukan berarti FP ini bersifat ‘statis’, FP bisa berubah sewaktu-waktu, jika menerima sebuah kebudayaan baru maka FP akan bereaksi, dia bisa berubah total atau hanya berubah sebagian saja.


You may also like

Tidak ada komentar:

About me

Diberdayakan oleh Blogger.

Flickr Images