KUALITAS DIRI

/
0 Comments
“percaya atau tidak, waktu baik itu tak datang setiap saat, kadang waktu baik pergi dan waktu sulit datang untuk kita”


            Suatu hari saya sedang naik angkot, sambil mendengarkan musik dan membaca sebuah buku di angkot yang kebetulan sedang menunggu lampu merah tiba-tiba datang seorang anak kecil, wajahnya begitu lesu, bajunya begitu lusuh, dengan sebuah botol berisi beras dan ditangannya membawa beberapa amplop kecil.

            Dia masuk ke angkot yang saya tumpangi dan langsung membagikan sebuah amplop itu ke tiap penumpang, lalu dia menyanyikan sebuah lagu sambil menggoyangkan botol berisi beras itu.

            Awalnya saya biasa saja, tetap fokus dengan bacaan saya, tapi ketika saya memegang amplop itu dan membukanya, tiba-tiba hati saya seakan terketuk, amplop yang saya pegang masih begitu bagus, rasanya hanya sedikit orang yang memberikan anak ini sebuah imbalan(uang).

            Anak itu selesai bernyanyi, dia mulai mengambil amplop yang tadi diberikan kepada para penumpang. Saya lihat kok gak ada yang ngasih ya? Saya semakin terketuk, kasihan juga, yasudah Alhamdulillah saya ada kelebihan rezeki jadi saya masukan beberapa rezeki saya ke amplop itu. Saya berikan dan kemudian anak itu turun.

            Dari sini saya benar-benar besyukur, yang pertama Alhamdulillah ternyata hidup saya masih lebih beruntung dari mereka, masih diberi rezeki, masih bisa diberi kesempatan untuk bersekolah, bandingkan dengan mereka  yang harus mengais rezeki di jalanan sejak kecil, sulit sekali rasanya.

            Kedua, saya besyukur kalau hati saya terketuk, artinya saya bisa mengambil hikmah dari pelajaran, dan saya besyukur bisa saling berbagi dengan mereka.

           Disatu sisi saya besyukur, tapi di satu sisi saya kecewa. Lho? Kenapa kecewa? apakah kecewa dengan pemerintah yang membiarkan mereka? Kecewa dengan para pejabat yang membiarkan mereka? TIDAK!

            Saya kecewa dengan diri saya sendiri, sudah sering saya minta ini itu kepada orang tua, kemarin minta ini, hari ini minta itu, besoknya minta lagi, sampai rasanya diri anda tak terpuaskan dengan pemberian orang tua. Ternyata saya benar-benar MANJA!

            Padahal di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung, boro-boro makan di restoran, minum segelas air putih saja sudah besyukur rasanya, sementara itu saya? Benar-benar memalukan rasanya, dikasih makanan enak kadang tak mensyukurinya, bahkan kadang saya mengeluh kesal.

            Jika tak dipenuhi permintaan saya, kadang saya kesal. Sementara mereka yang kurang beruntung? Dapat makanan saja sudah Alhamdulillah, mereka mampu mensyukurinya! Sedangkan saya tidak!

            Betapa menyedihkannya diri saya, bukannya besyukur malah mengeluh. Padahal masih ada yang dibawah kita nasibnya, tapi saya sudah berani MENGELUH, tak pantas rasanya.

            Akhirnya sejak kejadian itu, saya berusaha merubah diri saya, berusaha hidup sederhana apa adanya, berusaha meminimalisir pengeluaran, berusaha untuk memperbanyak amal, saling berbagi manfaat, dan berusaha untuk hidup tetap bahagia.

            Mereka yang berada di jalanan saja terkadang saya melihat mereka masih bisa bercanda dan tertawa sambil menikmati hidupnya. Lha, masa saya yang alhamdulillah diberi keberuntungan lebih malah lebih sering cemberut? MALU kalau begitu!


            Intinya, pelajaran yang saya dapat adalah : Syukuri apa yang kita miliki, jangan mengeluh pada keadaan yang ada saat ini, daripada mengeluh, mending diubah keadaan itu! PERCAYA, mengeluh tak akan mengubah nasib, tapi tindakan yang akan mengubah nasib:)




You may also like

Tidak ada komentar:

About me

Diberdayakan oleh Blogger.

Flickr Images